Sidoarjo - Guna meningkatkan kualitas dan kompetensi pengetahuan pengelola Program Pembangunan Keluarga tentang program Bangga Kencana khususnya Pengelola Kelompok BKB penerima manfaat BKB KIT Stunting di Provinsi Jawa Timur, Perwakilan BKKBN Jawa Timur mengadakan kegiatan Orientasi BKB KIT dan Orientasi Penggunaan KKA.
Adapun peserta kegiatan yang hadir merupakan kader BKB penerima manfaat sarana BKB KIT Stunting Eliminasi Masalah Anak Stunting (EMAS) sejumlah 116 orang terdiri dari Kabupaten Bojonegoro, Lamongan, Tuban, Gresik, yang dilaksanakan pada, Kamis-Jumat (7-8 Agustus 2024), bertempat di Fave Hotel Sidoarjo.
Kegiatan ini dihadiri dan dibuka langsung oleh Dra. Maria Ernawari, M.M, selaku Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Timur. Serta dihadiri pula Ketua Tim Kerja Ketahanan Keluarga dan Pencegahan Stunting (KKPS), Dra. Sofia Hanik, M.M.
Menurut Ernawati, saat ini semua elemen harus terlibat aktif dalam melakukan sosialisasi 1000 HPK dengan intervensi yang tepat.
“Sebelum melakukan intervensi, perlu untuk menetapkan sasaran yang tepat pula. Sasaran yang tepat adalah keluarga-keluarga yang beresiko stunting, diantaranya adalah calon pengantin, ibu hamil, remaja putri, anak usia 0-23 bulan, ” kata Erna.
“Selain itu, supaya bisa mengintervensi lebih tepat sasaran dan sesuai, maka perlu dipetakan atau dikelompokkan berdasarkan faktor penyeb terjadinya stunting, ” tambah Erna.
Dalam kegiatan tersebut juga disampaikan terkait penggunaan BKB KIT dan pemantauan tumbuh kembang balita menggunakn Kartu Kembang Anak (KKA) agar keluarga-keluarga yang memiliki balita dapat memantau tumbuh kembang balita dengan baik sesuai tahapan usia.
“BKB KIT ini bisa bermanfaat untuk menstimulasi anak dan memberi pengetahujan kepada keluarga dan orang tua, terutama si ibu balita.
Dan keberadaan KKA ini juga bisa menjadi suatu alat untuk melihat kemampuan anak sesuai tahapan usianya, ” kata Erna.
“Saya berharap, bapak/ibu dapat menyimak kegiatan ini dan mengimplementasikan di wilayah sekitarnya dengan bisa juga bersinergi dengan lintas sektor, termasuk dengan PKK, ” pungkas Ena.
Di akhir kegiatan, peserta membuat Rencana Tindak Lanjut (RTL) untuk dapat membentuk dan menyelenggarakan Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) di kelompok BKB masing-masing sehingga seluruh keluarga ibu hamil dan ibu baduta terpapar pengetahuan pentingnya pengasuhan di masa 1000 HPK.@Red.